Aku dan Bunga dalam Mimpi

Bunga Mimpi

Bunga Mimpi

Hamparan cakrawala di atas kota Innsbruck diam, tenggelam dalam kebekuan malam. Sekelompok bintang tertutup gerakan mega tebal yang menyisir pada dinding-dinding langit. Bulan menepikan wajahnya, sembunyi di antara barisan mega. Angin melantunkan irama khusyuknya. Dingin…, namun mengalir getaran yang mencekam.

            Suara ranting-ranting di atas tanah yang dipijak beradu dengan keheningan malam. Hembusan nafas yang hangat bercampur dengan suhu 5 derajat celcius pegunungan Alpen yang menusuk ke dalam tulang, dan ini bahkan belum masuk musim gugur. Seorang gadis dengan wajah sendu, rambut ikal berwarna merah dan kulit seputih salju menatap ke seliling. Dia berhenti sejenak, mengeluarkan kedua tangan yang sejak tadi dia masukkan ke dalam coat coklatnya, menggosok-gosok telapak tangannya dengan sedikit keras untuk mengurangi udara dingin yang terperangkap dalam pembuluh darah.

            Gadis dengan perawakan tinggi dan kurus itu mencari tempat yang nyaman untuk duduk dan matanya tertuju pada batu besar di tepi danau  yang hanya berjarak lima meter darinya. Dia duduk dengan tenang dan sesekali melirik ke atas langit yang kelam tanpa bintang. Ya malam ini adalah bulan baru, sehingga kota Innsbruck yang terletak di antara 3 negara; Italia, Jerman dan Austria itu diselimuti dengan kegelapan yang kelam. Ketakutan bahkan tak tampak di wajahnya, hanya wajah excited yang ditunjukkannya, seperti tak sabar untuk bertemu seseorang. Dari kejauhan tampak seseorang dengan cahaya di tangannya –sepertinya itu sebuah senter- berjalan tak terlalu cepat ke arahnya. Perhatian gadis yang awalnya tengah melihat awan yang menutupi bintang teralihkan pada sosok yang sudah lama ingin ditemuinya. Senyumnya mengembang, dan dia berdiri dari duduk lalu melambaikan tangan pada orang yang dimaksud.

            “Ah, akhirnya kau datang juga Susan, Susan Morrice. Tak kusangka kau mau datang ke tempat ini. Kau membaca undanganku,’kan?” Tanya makhluk itu dengan senyumnya yang berkharisma sehingga mata birunya yang tajam terlihat sedikit menyipit. Dia mengulurkan tangannya yang besar dan menjabat tangan gadis yang dipanggil Susan itu. Dingin, namun sangat menghangatkan jiwa. Itulah yang bisa ditangkap Susan saat menjabat tangannya untuk pertama kali.

            “Tentu saja, Mr. Denis Waitley, kalau tidak membaca undangan itu kenapa aku bisa berdiri di hadapanmu saat ini?” jawab Susan dengan wajah tenang, namun tetap saja ekspresi kagumnya saat melihat Denis tak bisa ditutupi.

            Denis tertawa kecil. cahaya senter yang digenggamnya cukup terang untuk melihat mimik wajah Susan yang menurutnya sangat lucu. “Kau begitu ingin bertemu denganku ya sehingga wajahmu terlihat sangat mengagumiku?”

            Susan salah tingkah. Dia mengalihkan wajahnya ke arah lain lalu menjawab pertanyaan Denis dengan sedikit gugup, “Hanya.. Aku gak percaya, ternyata kita tidak hanya bertemu di mimpiku, namun kau bersedia untuk menemuiku di dunia nyata.”

            “Aku ‘kan bersedia keluar dari mimpimu untuk menemuimu. Semuanya kulakukan untukmu” jawab Denis tenang dengan suara rendahnya yang menggelitik telinga dan hati Susan, seperti suhu udara pada siang hari di musim semi yang menyejukkan hati.

            Susan tersenyum tulus lalu air wajahnya berubah serius, dia bertanya setengah mendesis, “Jadi.. Aku penasaran.. Kau ini sebenarnya makhluk apa?”

            Denis tertawa. Diam sebentar, lalu menjawab pertanyaan Susan, tetap dengan ekspresi yang sama, tenang, “Aku.. Malaikat pelindungmu. Aku akan datang di setiap kau membutuhkan pertolongan.”

****

            Sudah pukul 06.15 pagi waktu Innsbruck. Susan yang baru saja bangun dari tidurnya menuju kamar mandi merasa kakinya sangat lelah, seperti menempuh perjalanan yang sangat jauh. Susan meletakkan kedua tangannya mengelus pipinya yang tirus. Terasa dingin. Sedingin tangan Denis. Sedingin udara malam yang menantang pegunungan Alpen yang menjulang. Susan meraih handuknya yang tergantung tak terlalu tinggi di samping kamar mandi, berjalan menuju kamar mandi sambil berpikir, “Jadi yang tadi malam itu nyata…”

             Pikiran tentang Denis benar-benar memebuhi setiap celah saraf di dalam otaknya. Bahkan saat dia telah berada di depan gerbang sekolahnya sekalipun, dia tak bisa menyapu wajah Denis dari pikirannya. Susan berjalan seperti orang den

Crush

Naksir diam-diam… Perhatikan senyum manis di wajahnya. Tingkah laku yang selalu membuatku tersenyum. Dia yang selalu jadi pusat perhatianku, tak sadar kah dia kalau ada orang yang selalu memperhatikannya?

Penyesalan selalu datang di akhir

“Penyesalan emang selalu datang belakangan”, begitu kata para filosofi.

To be honest, aku sedang merasakan hal itu. Kesal ketika ada yang minta contek padaku, eh nilainya yang lebih tinggi daripadaku. Ini terjadi bukan 1 atau 2 kali saja, udah sering! Dengan orang yang berbeda pula!

Sebenarnya yang salah itu bukan orang yang nyontek, tapi aku yang terlalu bodoh kasih contekan dan langsung down dan pengen nangis pas liat ternyata temanku itu nilainya lebih tinggi daripadaku.

Herannya, aku gak tau caranya supaya aku bisa menghindari hal semacam ini. Pasti akhir-akhirnya aku bakal nyesal dan nggumam kek gini “Aduuh, nyesal kasih contekan ama dia. Nilainya lebih tinggi daripadaku! Padahal aku udah susah ngafal, tapi dia yang nerima untungnya”. Gitu.. Aku gatau harus gimana lagi… Ottohke? :((

4 years with SHINee!!

HAPPY 4TH ANNIVERSARY, SHINEE!

250508 – 250512. AAAA!! Selamat Ulang Tahun yang ke-4 buat uri SHINing SHINee!! I know it’s a bit late.. Hm.. a bit? Mungkin sangat terlambat, tapi kemaren2 gak sempat buka blog, ya jadinya gitu deh(?).

Gak nyangka. Mereka yang debut pada umur yang masih sangat muda : Onew (18 tahun), Jonghyun (18 tahun), Key (16 tahun), Minho (16 tahun), Taemin (14 tahun) sekarang telah menjadi namja-namja dewasa yang sangat mempesona.

Maaf SHINee.. Aku bukanlah tipe fans yang puitis, yang bisa membuatkan kata-kata indah untuk memujimu.. Walau aku baru 1 tahun lebih jadi Shawol.. Tapi yang pasti aku akan jadi Shawol sampai akhir.. Mungkin bisa juga ngerayain #50yearswithSHINee hehehehe 😀

SHINee teruslah bersinar. Teruslah tersenyum. Teruslah untuk tetap menjadi penyemangat bagi hidupku, yang memberikan senyum di bibirku dikalaku sedih, walau kalian terkadang jadi bahan ceomoohan oleh teman-temanku yang non-kpopers.

Forever OT5!! Jangan pernah berpisah ! :”)

Image

Tak Ingin Jadi Dewasa

Aku tak ingin jadi dewasa

Banyak remaja yang ingin cepat-cepat dewasa, ingin menentukan jalan hidup sendiri, ingin cepat-cepat merasakan kehidupan di perguruan tinggi, ingin cepat-cepat bisa memerintah orang lain -karena ketika jadi anak kecil, orang dewasa selalu mengejek anak kecil dengan kata – kata “Ah, kamu masih kecil, tau apa kamu?”-, ingin cepat-cepat punya keluarga yang baru -_-, dan sebagainya.

Begitukah? Begitukah yang aku inginkan? Tidak. Tidak samasekali. Justru aku tak ingin jadi dewasa. Buat apa jadi dewasa? Mengapa harus cepat-cepat merasakan dewasa? Toh nanti kita juga pasti akan mengingat bagaimana masa-masa remaja kita.

Ingat ketika kau masih duduk di bangku Sekolah Dasar dan kau iri melihat kakak-kakakmu yang memakai seragam putih biru dan kau berniat untuk cepat-cepat jadi jadi siswa SMP? Lalu saat kau duduk di bangku SMP kau malah merindukan masa-masa SD-mu yang begitu indah, begitu menyenangkan, begitu tak ada beban?
Nah! Buat apa kau cepat-cepat ingin jadi dewasa? Saat kau belum dewasa, kau hanya memikirkan ego-mu sendiri, merasakan kelabilan diri yang terkadang sangat membingungkan, melakukan berbagai hal untuk menyalurkan hobimu, tertawa terbahak-bahak bersama sahabat berharga, merasakan jatuh cinta, merasakan cemburu buta, merasakan patah hati luar biasa, dan sebagainya.

Coba pikirkan. Jika kau dewasa, kau harus memikirkan apa yang kau kerjakan. Kau harus memikirkan bagaiman untuk menghidupi dirimu dan keluargamu. Kau harus memikirkan pendidikanmu dengan mengerjakan berbagai tugas skripsi dan tesis yang memuakkan. Tak bisa lagi bersenang-senang dengan temanmu..

Jadi.. kesimpulannya. Buat apa cepat-cepat ingin jadi dewasa jika nantipun kau akan menyesalinya? Lebih baik sekarang kau nikmati saja dulu hidup mudamu, karena ketika dewasa.. hal-hal itu tak bisa lagi kau lakukan…

🙂

WHAT A SHOCKING DAY

Kemaren.. tanggal 10 Desember 2011. Hari yang mengejutkan dan tidak akan pernah aku lupakan. Aku melihat kecelakaan maut di depan mataku sendiri dan aku pun ikut terlibat dalam kecelakaan tersebut, Bagaimana jalan ceritanya?

———————————

Aku yang tengah menikmati tidur nyenyakku pagi itu tiba-tiba terganggu dengan bunyi SMS dari Dewi yg berisi, “Lan, dima kini (Lan, sekarang lagi dimana)?”. Saat itu aku baru ingat kalau pukul 7.30 aku harus les di tempat Buk Pida di teluk ambun.

Bergegas aku cuci muka, menggosok gigi dan menukar baju. Aku minta ke Mama untuk mengantarkanku ke tempat les (karena aku gak bisa ngendarain motor-_-).

Untunglah aku terlambat di tempat les. Di les kami belajar Fisika tentang Hukum Newton dan gaya gesekan. Sebenarnya pukul 10 kurang kami sudah pulang, tapi anak2 les ini minta soal lebih-__-, akhirnya dilayani jg ama abang Rahmat (guru les).

Les sudah berakhir dan kami menuju halaman buat ngambil motor. Lola dengan Angel, Finda dengan Pretty, dan Dewi memboncengi aku. Rencananya kami ingin memfotokopi catatan Pretty terlebih dahulu dan aku dengan Dewi duluan keluar dri halaman itu mnuju dan tiba-tiba ‘BOOOOM’. Kecelakaan maut terjadi. Motor dari arah berlawanan ternyata tengah melaju dengan sangat kencang, kira-kira 70/80 km/jam. Entah mengapa aku bisa bangkit dengan cepat walau kaki kiriku terasa sakit. Aku hanya bisa menutup mulut melihat motor Dewi yang hancur, helmnya yang rusak dan terlebih keadaan Dewi yang tidak bisa aku ungkapkan. Dia kejang-kejang dengan mata terbalik, kaki bengkok dan berdarah. Sungguh, ingin rasanya aku menangis saat itu.

Aku yang memeluknya sepanjang perjalanan ke rumah sakit, perih juga rasanya mendengar dia meringis kesakitan seperti itu.

Di rumah sakit, aku tak sanggup masuk ke ruang UGD, jadi aku menunggu di luar bersama teman2 lesku. Aku mencoba masuk ke ruang UGD melihat keadaannya. Kakinya digips dan dia terus menerus berteriak menceracau. Aku tak tahu kenapa tiba-tiba saat itu perutku mual. Aku letakkan tasku di sudut ruangan dan mulai berjalan ke arah Ibunya Finda (yang juga dokter di RS itu). Dia memberikan obat merah pada luka2 lecetku. Tidak tau kenapa, kepalaku menjadi terasa berat dan badanku jadi tak seimbang lagi. Aku masih sadar ketika aku mengatakan, “Lan pusing”. Lalu semuanya menghitam. Dan ketika aku sadar, aku telah berada di sebuah kasur dengan keringat dingin dan nafas yg masih sesak.

Tek Mimi yang kebetulan sedang melihat ibunya yang sakit buru2 menelfon Mamaku dan mengatakan kalau aku sedang di rumah sakit.

Mama datang beberapa menit setelah itu. Dia terlihat sangat amat khawatir dan tidak percaya aku baik-baik saja. Aku tetap bersikukuh aku baik-baik saja dan bilang Dewi bahkan lebih parah daripadaku. Tapi Mama tetap saja panik. Setelah aku jelaskan lagi akhirnya barulah Mama mulai tenang.

Aku pulang beberapa menit kemudian, dan mengatakan pada teman-temanku untuk memberikan izin kepadaku untuk tidak sekolah nanti siang.

Di rumah, aku merenung. Kenapa Allah masih begitu baik kepadaku untuk tidak memberikan bencana dan kesakitan yang sama seperti yang Dewi rasakan setelah aku punya banyaaaaaak dosaa kepada Allah? Aku tidak tau.. Mungkin Allah masih sayang kepadaku. Mungkin Allah masih memberikan kesempatan kepadaku.

 

Allah, aku bersyukur kepadamu. Terimakasih :””)

Women do…

 

“A jealous woman does better research than the FBI”.

Hahaha. Kutipan ini sangat cocok bagi setiap wanita yang lagi cemburu, terutama buat teman saya yang berinisial… siapa ya? Ntar kalo saya kasih tau dia marah ke saya lho haha.

 

Ok, lanjut.

 

Sudah banyak yang tau kalo wanita lagi cemburu, dia bakal gali informasi tentang cowok yang dicemburuinya lebih baik bahkan dari detektif-detektif terhebat di dunia.

Mereka bisa mencari apa penyebabnya, mempunyai link-link atau relasi yang berhubungan juga dengan si doi, jadi mereka bisa mengetahui apa-apa si doi lakukan.

 

Looks like a stalker, right?

 

Ya begitulah adanya. Perempuan ini seperti mata-mata. Makanya laki-laki, jangan pernah buat perempuan cemburu, karena kau akan terus dihantui xDD
Ini pernah terjadi kepadaku lho..

 

Tapi jangan pernah juga menyakiti perasaan wanita, karena…

 

Nah. Betul kan? Perempuan tu gak akan pernah lupa dengan apa yang telah orang lakukan padanya. Sedangkan cowok? Tak pernah ingat :p *digeplak*

 

Ok.. Segini dulu ah buat menuh2in post di blog. Udah lama gak diisi sih :p
Bye bye~

99% Love

Tittle : 99% Love
Author : Yolanduaar
Main cast : Lee Taemin, Lee Hana
Other cast : Other SHINee’s member, Han Ga In, Kim Ji Eun
Rating : PG-15 (maybe)
Length : Oneshoot
Genre : Romance, Friendship, ermm…
Disclaimer : They’re belong to God, SM, and me… *slapped*
Credit : “Manga’s 99% Love by Tsuwabuki An“

-Lee Hana’s POV-

“Hey! Yang di belakang. Ya Oke, geser sedikit ke kiri! Nah sip!” ujar seorang namja dengan suara agak keras. Dia sendiri pun sedang berkonsentrasi dengan dancenya dan sesekali memperhatikan gerakan dance temannya dari cermin.

“Ok!”, sahut yang lain.

“Hey! Ayo ulurkan tanganmu!”, ucap yang lain sambil melirik ke arah temannya yang melakukan kesalahan. Sang teman pun langsung memperbaiki gerakannya.

Sibuk dengan gerakan dancenya masing-masing, mereka bahkan tak sadar dengan sosok yeoja yang baru masuk ke ruang dance mereka.

Yeoja itu tersenyum simpul lalu berujar keras, “Waktunya istirahat anak-anak! Dingin, minuman dingin, lho~”

Namja-namja yang penuh keringat itu menoleh ke arah sumber suara. Mereka berempat menyeringai lebar dan langsung menyerbu serta menubruk (?) minuman-minuman yang yeoja itu beli tanpa ampun.

Yeoja tersebut hanya tertawa geli melihat tingkah laku para namja yang tidak mature. Ya, Yeoja itu aku, Lee Hana, 16 tahun, siswi kelas 1 SMA Chungdam dan manajer dari klub Dance di sekolah kami.

“Wah, Thank you Hana~! Kau baik sekali. Sayang kau tidak menyertakannya dengan ayam goreng.. Hahh… Kalau ada ayam goreng pasti lengkap sekali hidupku… Hehehe”, ucap salah satu anggota klub dance yang diketahui bernama Onew a.k.a Lee Jinki itu dengan wajah memelas sekaligus cengengesan (?). Sambil terus menyeruput minuman dinginnya, dia dilirik dengan tatapan garang dari anggota lain.

“Ya, pabo-ya! Udah di kasih hati jangan minta jantung. Sudah mau Hana membelikan kita minum, kalau tidak? Ckck. Kau ini…”, entah darimana tibanya jiwa ke-umma-an (?) Key kambuh dan dia menasehati Onew dengan cerewet. Onew hanya memasang nyengir dan tersenyum polos tak berdosa di wajahnya.

Jonghyun hanya mengangguk-angguk setuju dengan Key. Sedangkan Minho tampak tak peduli. Dia sepertinya tengah berbahagia menimati minuman dingin yang kubelikan. Dia sibuk dengan dunianya sendiri. Dia bahkan bergumam, “Hah, sungguh nikmat minuman ini, Aku merasa hidup kembali..”

“Ya! Ada yang belum dapat minuman? Ini minumannya masih berlebih!”, ucapku yang tengah menenteng-nenteng kantong plastik sambil memandangi ke seluruh ruangan.

“YA! Taemin-ah!”, ujar Onew dengan suara cukup lantang.

Namja yang dipanggil itu menoleh ke belakang dan tersemyum. Dia memperbaiki letak topinya dan memberhentikan gerakan dancenya, lalu tersenyum, “Eh?”

Key hanya tersenyum simpul dan menggeleng-gelengkan kepalanya, “Hah, taemin-ah. Saking cintanya kau dengan dance, kau lebih memilih dance ketimbang pacarmu? Haha.”

Jonghyun bahkan menambahkan, “Hah, kau memang maniac dance, Taemin. Sedangkan Onew maniak ayam. Huh, why in the world? -__-“

Mendengarnya, Onew langsung melirik sinis.

Dia, Lee Taemin, 16 tahun, kelas 1 SMA Chungdam, anggota klub dance di sekolah kami dan dia pacarku. Sudah hampir 1 tahun kami berpacaran. Setiap orang mengatakan kami berdua adalah pasangan “Lovey Dovey”, pasangan yang serasi, tapi…

“Psst.. Hana-ya. Seberapa jauh yang kau dapatkan selama berpacaran dengan Taemin, hmm?” Onew sangat mengagetkanku dengan kelakuannya yang tiba-tiba berbisik di telingaku.

“Yang aku dapatkan? Apa maksudmu, Onew-ah?” tanyaku balik, benar-benar tak mengerti dengan pertanyaannya.

“Ah, masa’ gak tau? Itu, kisseu~..” jawab Onew sambil mengerling mesum gak jelas.

Jleb. Sepertinya ada panah yang menusuk kepalaku.
Kisseu?
Yah, sejujurnya, walaupun sudah 1 tahun kami pacaran, tapi kami tak pernah ciuman sama sekali … Rasanya Itu sangat…. Aiissh…!

“Ya, Onew-hyung, Minggir! Jangan bilang hal-hal yang mesum ke Hana..!”, tiba-tiba Taemin datang dengan minuman yang tengah diseruputnya sambil pura-pura mendorong pelan Onew ke belakang.

Onew pun membalas Taemin dengan pura-pura marah sambil menjitak kepala Taemin, “Taemin-ah! What are you doing to the Leader, huh!”

“Andwae andwae.. Ampun hyung! Becanda!” Taemin minta maaf sambil mengeluarkan aegyo-nya.

Hh.. kelakuan mereka sama saja, masih seperti anak-anak. Aku pun menghela nafas dan kembali mengingat hal yang baru saja dikatakan Onew. Huaa.. Sudah hampir 1 tahun pacaran tapi belum pernah kisseu sama sekali? Pasangan apa kami ini? Jika pacaran itu ada persentasenya, mungkin bisa dinilai persentase pacaran kami adalah 99%. Missing 1%. Hhh…
==================================================================================
Pukul 4 sore lebih 30 menit. Langit tampak masih biru walau cahaya keemasan dari ujung tampak menyembul perlahan-lahan. Burung-burung sepertinya mulai menghentikan pencarian makanannya dan balik ke sangkarnya masing-masing. Angin mulai terasa dingin, dilihat dari banyaknya dedaunan yang gugur. Ya, beberapa minggu lagi Korea akan didatangi musim Gugur yang dingin.

Di taman bermain ini, aku duduk di sebuah bangku panjang berwarna cokelat, sedangkan Taemin, namjachinguku, tengah asyik bermain seluncuran di seluncuran yang hanya berjarak dua meter dari tempat aku duduk.

“Taemin-ah, 1 minggu lagi adalah 1 tahunnya kita pacaran, bukan?” tanyaku tenang sambil menatap langit yang mulai kekuningan. Kakiku mengais-ngais pasir sementara menunggu jawabannya. Berharap dia tidak lupa sama sekali.

“MWO? JINJJA?”

Ck. Ya ampun, benar dugaanku. Aku hanya bisa memanyunkan bibir dan melengos ke arah lain.

Taemin tampak merasa bersalah. Dia langsung cepat-cepat menukar kalimatnya, “Mianhaeyo, Chagiya. Aku bercanda. Masa’ sih aku gak ingat anniversary kita sendiri? Hehe.”

Taemin memasang senyumnya lebar sehingga matanya tampak semakin sipit. Hh.. Lagi-lagi Taemin mengeluarkan aegyo-nya di depanku. Sungguh, aku paling tidak bisa menahan aegyo-nya.

Aku tersenyum, “Aniyo, Taemin-ah. Aku tidak marah.”

Taemin tampak menghela nafas lega. “Gomawo Chagiyaa. Hmm.. 1 minggu lagi? Wah, sudah dekat ya…”

“Ne. Oh iya, apa kau punya waktu senggang pada hari itu?” tanyaku lagi sambil terus memandanginya yang lagi-lagi naik ke atas seluncuran.

“I-YO! Of course! Hahaha..”. Lagi-lagi dia tertawa bebas. Sekarang dia pergi ke salah satu jenis permainan (saya gak tau namanya. Dulu waktu TK saya sebut bola dunia, soalnya kita ngegelantung2 di sana) dan mulai bergelantung di sana. Sekarang, dia menggelayutkan kakinya di atas dan kepalanya di bawah dengan rambut yang menjulai-julai. Omoo… Aku tak bisa mendeskripsikannya. Yang pasti sekarang kepalanya sudah berada di depanku.

“Ya, chagiya! Kau juga pasti datang waktu saat anniversary kita, bukan?”
Belum sempat aku menjawab, dia melanjutkan kembali pertanyaan pertanyaannya, “Ayoo, jangan bilang kau gak mau datang karena pekerjaanmu sebagai manager klub sangat padat…”
Aku menaikkan alis dan mulai menggelitik Taemin, “Aaaa, Taemin-ah. Jangan bercanda dan jangan membalikkan ucapanku! Bukankah tadi aku yang duluan menanyakannya padamu?”

Taemin tertawa terpingkal-pingkal. Ya itu lah Taemin. Sifatnya yang sangat ceria dan suka jingkrak sana sini itu dapat kusimpulkan bahwa dia adalah anak yang Inncocent and cute. Aku sangat suka sifatnya yang seperti itu. Tapi terkadang aku khawatir, apa yang Taemin pikirkan tentangku?

“Hana-ya! Sudah sore sekali. Ayo kita pulang!” Dia turun dari seluncuran dan menarik tanganku.

“Ne! Kajja!”, balasku sambil mengikuti langkah kakinya.

————————————————————————————————————————————–
-Author’s POV-
Hana duduk bersila di tempat tidur dan memain-mainkan gelang di tangan kirinya. Gelang buatan tangan yang sederhana berwarna putih dan biru. Gelang itu mengingatkannya saat pertama kali masuk SMA, tepatnya saat MOS penerimaan siswa baru. Saat itu ada acara dimana siswa baru harus menunjukkan bakat mereka masing-masing dalam suatu panggung.

Hana memperhatikan seorang namja berpakaian celana longgar, baju lengan panjang berwarna puith dan memakai topi biru tampak duduk khawatir dengan senyum polos yang gelisah (?) terpasang di bibir merah mudanya duduk di belakangnya. Dia memain-mainkan kedua tangan mungilnya. Dari tingkah lakunya tampak sekali dia tengah gelisah menunggu pertunjukkan bakatnya. Mungkin saja giliran berikutnya adalah dia.

Benar saja. Kakak senior dari atas panggung memanggil sebuah nama. “Kepada Lee Taemin dari gugus Bintang dipersilahkan untuk naik ke atas panggung untuk menunjukkan bakatnya yaitu dance. Kepada Lee Taemin dari gugus bintang di persilahkan naik ke atas panggung.”

‘Gugus Bintang? Bukannya itu gugusku? Oh jadi anak tadi namanya Taemin’, batin Hana sambil mengangguk-angguk. Hana hanya memandang sekilas Taemin naik ke atas panggung. Dari penampilannya Hana beripikir Taemin ini kurang meyakinkan (?). Dia terlihat seperti anak baru lulus SMP biasa.

“An..anyeong Hase..yo”, Namja itu membungkuk 90⁰. “Na..neun Lee Taemin imnida.. Saya ingin menampilkan bakat saya, yaitu dance..”. Taemin menyudahi perkenalan singkatnya dan mulai berdiri tegap di tengah panggung menunggu musik berbunyi.

‘Lihat saja. Cara dia memperkenalkan diri saja sudah gugup dan gak jelas begitu. Bagaimana penampilan dancenya ya?’ pikir Hana agak meremehkan.

Nada awal lagu Florida – Low (lagu yang pernah ditarikan Brandon di IMB) mulai berbunyi, tapi Taemin belum memulai tariannya. Hana semakin remeh. ‘Lihat. Dia ingin menarikan dance yang pernah ditarikan Brandon idolaku (anggap aja Brandon orang korea -__-)? Apa dia bercanda? Ha-ha.’

Tapi sepertinya hanya sampai di sanalah Hana beremeh ria (?). Badan Taemin mulai bergerak sesuai ritme musik. Lekukan-lekukan gerakan tangannya sangat sempurna. Kakinya mulai luwes bergerak ke sana-sini. Breakdance pun dia lakukan tanpa cacat. Hana hanya terpana sementara orang-orang di sekitarnya telah heboh berteriak dan bertepuk tangan.

“Kereen… dia sih namanya bukan bukan ngedance, tapi dia terbang…! Waah, ekspresinya itu lho… Beda sekali saat di ngedance dengan dia yang tadi.. Waah…”, gumam Hana tak jelas sambil terus memperhatikan gerakan dance Taemin. Setiap ada hentakan-hentakan dari Taemin dia slalu berkata, “waaah”.

Selesai. Pertunjukan fantastis dari Taemin berhasil meluluhlantakkan (?) kesombongan Hana.

“Gamsahamnida chingudeul.. Terimakasih semuanya sudah menonton pertunjukkan bakat saya. Gamsahamnida…”, Ucapnya sambil kembali membungkuk dalam-dalam. Taemin turun dengan senyum polos terkembang di bibir mungilnya. Dia menunduk ke setiap orang yang mengucapkannya selamat. Dan kembali duduk di belakang bangku Hana yang dengan lebaynya masih terpana dan arwahnya masih di bawah alam sadar (?).

Setelah sadar, Hana melihat ke belakang. Dia tersenyum dan mengulurkan tangannya. “Chuckae Taemin-ssi. Dancemu sangat keren. Kau seperti dancer yang sudah professional dan kalau kubilang kau bahkan lebih hebat dari Brandon. Kenapa aku bilang seperti ini? Karena gerakanmu flawless sekali!”. Hana mengucapkannya dengan sangat berapi-api. Tangan Taemin semakin erat digenggamnya.

Taemin tersenyum polos lalu membungkukkan kepalanya, “Jeongmal Gamsahamnida Hana-ssi. Pujianmu terlalu berlebihan. Aku hanya menampilkan hobiku selama ini, aku bukan dancer professional. Lalu bagaimana bisa kau membandingkanku dengan Brandon yang sangat hebat. Hehe.”

“Darimana kau tau namaku?”

Taemin menunjuk name tag Hana. Pipinya langsung bermerah-merah ria, malu.

Hana menggeleng cepat-cepat. “Aniya! Kau itu lebih hebat Taemin-ssi. Kau hebat! Oh iya, apa nama fansclubmu?”

Taemin langsung tertawa. “Hahaha, kau lucu sekali Hana-ssi.. Memang kalau ada, kau ingin jadi menjadi fansku?”

Hana mengangguk kuat-kuat. “Tentu saja!”

Taemin mengerling nakal lalu menyalami tanganku. “Selamat datang di Taemints fansclub!”

“Ah, benar-benar ada? Wah, aku fans keberapamu?”, tanya Hana semangat. Ternyata ada juga fansclubnya (?).

“Fans pertama. Selamat bersenang-senang. Hahaha.”. Dia tertawa dan memperlihatkan deretan gigi putihnya. Hana tau sebelumnya Taemin gak punya fansclub, tapi dia senang dia menjadi fans pertama Taemin. Lalu mereka berdua tertawa tak jelas. Sepertinya virus sangtae telah menyebar pada mereka berdua.

Tak berapa hari setelah itu ternyata mereka berdua sekelas. Hana tentu sangat senang dengan hal ini. Dia sangat sering menguntit Taemin, bahkan dia rela untuk menjadi Manager klub ekstrakurikuler dimana Taemin adalah anggota klub tersebut.

Beberapa minggu kemudian, Hana menyatakan cintanya kepada Taemin di taman belakang sekolah. Cinta seorang wanita kepada seorang lelaki, bukan cinta fans kepada idolanya. Hana saat itu merasa urat malunya sudah tidak ada karena berani-beraninya seorang perempuan duluan menyatakan cinta kepada pria.

“Kau mau ‘kan Taemin?”, tanya Hana saat itu dengan hati dagdigdug.

Taemin tersenyum lalu mengangguk. “Kalau kau yang memintanya, aku tak bisa menolaknya, Hana-ya.”

Hana melonjak senang. Dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya. “Gamsahamnida, Taemin-ah. Ini, untukmu. Taemin mungkin akan sangat sibuk dengan kegiatan klub, jadi tolong ingat aku dengan ini ya! Oh iya, itu buatan tanganku. Maaf jelek. Hehehe.”

“K-kau membuatnya sendiri? Membuatkannya untukku?”, tanyanya tak percaya lalu mencoba gelang itu. Pas sekali.

Hana mengangguk bangga, “Oh, kita juga harus saling memberikan hadiah lain setelah 1 tahun kita pacaran nanti! Bagaimana? Janji?!”

“Janji!” sahut Taemin sambil mengaitkan kelingkingnya di kelingking Hana.

Sekarang, sudah hampir 1 tahun mereka pacaran. Hana khawatir, apa saja yang telah Taemin pikirkan tentangnya? Bagaimana jika di antara mereka hanya dia sendiri yang jatuh cinta, sedangkan Taemin tidak pernah menyimpan rasa kepadanya?

————————————————————————————————————————————–

-Lee Hana’s POV-

“EHH? KALIAN BELUM PERNAH CIUMAN SAMA SEKALI?”, teriak Ga In tepat di sebelah telingaku saat istirahat sekolah. Dia benar-benar berteriak tepat di telingaku.

Aku menunduk lemah, “Hah.. Kami hanya seperti teman biasa…”

“Seriously! I Can’t believe it~!” ucap Ga In tak percaya dengan penuh kemarahan membara (?). “YAA! Aku melakukan beep and beep and beep dengan pacarku tak lebih dari seminggu!”, lanjutnya.

“Ga In-ah! Hari masih pagi tapi kau mengatakan hal-hal itu. Aaa~”, teriakku berdua dengan Ji Eun, sahabatku satu lagi.

Ga In yang paling dewasa di antara mereka seperti tidak peduli. “Hana-ya! Get yourself together! Menunggu tidak akan memulai apa-apa! Kau harus menggunakan senjata femininmu!”

“Senjata?”, Hana menggaruk-garuk rambutnya sambil menatap Ga In penasaran.

Ga In melanjutkan perkataannya, “Cowok-cowok… lemah dengan godaan~”

‘Mwo?’ batinku heran dan mencoba mencerna perkataan Ga In. Lalu sekarang isi kepalaku penuh dengan kata-kata, “Cowok-cowok lemah dengan godaan.”
————————————————————————————————————————————–
Waktu istirahat masih belum habis. Aku beranjak keluar dari kelas dan pergi menuju klub dance. Aku berinjit di pintu dan mengintip ke dalam dan melihat Taemin sibuk dengan gerakan dancenya.

‘Ha? Apa? Apa aku harus melakukannya? Apa aku harus menggodanya? ….Aku berharap Taemin akan serius menanggapi ku seperti dia juga serius melakukan dancenya…’ batinku gelisah.

Aku masuk ke ruangan itu dan terus berjalan ke arah Taemin. Aku menghela nafas berat lagi. Hhh, Taemin bahkan tak menyadari ada orang yang berjalan ke arahnya.

Aku memegang tengkuk Taemin pelan dari belakang. Taemin tiba-tiba memekik dengan suara aneh karena ngeri menyadari ada seseorang yang memegang tengkuknya.

Taemin berbalik lalu menghela nafas lega karena menyadari aku berada di belakangnya. “Hahh.. ternyata kau, Hana-ya.”

“Taemin, keluarga Taemin semuanya berkerja hingga malam hari, kan?”, tanya pelan sambil terus menatapnya.

“Hmm.. Ya.. Waeyo?”, tanya Taemin balik sambil terus menenangkan jantungnya yang masih deg-degun.

Aku menunduk, “Nah, kalau begitu ayo kita ke rumahmu, Taemin!”. Aku mendekatkan diri ke badannya, “hanya dengan kita berdua.. Aku ingin melakukan sesuatu..”.

Tanpa sadar tanganku sudah memegang kerah baju Taemin. Taemin hanya bengong dan heran sendiri dengan sikapku.

Tiba-tiba aku sadar dan wajahku memerah karena malunya. “HA-HA-HA-HA-HA”. Aku tertawa garing. Apa yang aku telah aku lakukan tadi? Itu memalukan!
“Lupakan yang tadi! Aku hanya bercanda, Taemin-ah! Hehehe!”, aku berusaha tersenyum untuk menahan malu. Ahh,, malu sekali!

Taemin menatapku lurus. Dia masih belum membuka suara. Aku bisa menebak dia pasti tidak setuju dengan usulanku.

Tiba-tiba dia memegang tanganku. “Baiklah kalau begitu. Jika Hana ingin melakukannya, ayo pergi ke rumahku sekarang juga..”

DEG. Mataku membulat. Tak percaya.
Aku masih bengong dan tak menyadari Taemin sudah menarik tanganku dari tadi.

“Tunggu apalagi?”, ujar Taemin dengan senyum yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Senyum yang aneh dan tidak bisa aku deskripsikan.

Ja..jadi Taemin setuju untuk melakukan ‘itu’?
————————————————————————————————————————————–
To be continued.

Part II
-Lee Hana’s POV-

Aku dan Taemin berjalan menaiki tangga menuju ruangan keluarga Taemin. Sedari tadi dia memegang tanganku. Ah, apa dia tidak merasa denyut jantungku yang sudah memompa banyak darah dari tadi. Ahh, aku jadi gilaa~ (?)
Kami berdua akhirnya berada di dalam apartement keluarga Taemin. ‘Tidak Mungkin! Godaanku (?) akhirnya terbayar! Akhirnya kami berdua akan melakukan ‘itu’! Yeheei!’, teriakku kegirangan dalam hati dengan semangat.

—-10 menit kemudian—-

“YUHUUUI~! Aku menang lagi. Uye uye~”, Taemin menarikan tarian uget-uget atas kemenangannya melawanku bertanding Winning Eleven. Dia mencibirkan lidahnya. “Mehrong~…”

“Uwooooo? Aku kalah lagi?”

Sekarang kami tengah memainkan permainan Playstation di apartement Taemin dengan keadaan aku lagi-lagi kalah. Tapi, aku datang ke sini bukan untuk bermain games!

“Mehroongg~” Taemin lagi-lagi mencibirku.

Aku langsung memukul-mukul Taemin dengan gemas, “Ya! Taemin-ah! Kau tadi curang! Awas ya nanti aku akan meanantangmu dengan pertarungan sebenarnya! Uuuh!”

Taemin tertawa-tawa sambil pura-pura takut, “Aduuh Hana memukulku! Aku takuut~”.

Haah.. Taemin-ah. Apa yang sedang dia pikirkan sekarang? Aku tak berdaya. seperti terperangkap dalam senyumnya.

Tidak, tidak! Aku tidak datang ke sini untuk melakukan games-games seperti ini!

Taemin mmbuka-buka kaset gamenya lalu dengan senyum polosnya dia menoleh kearahku dan bertanya, “Nah, Hana-ya. Hmm.. apa ya game yang kita mainkan selanjutnya? Hmm..?”

Aku tak peduli.
Aku seperti tak mendengar pertanyaannya. Aku lalu beringsut-ingsut mendekatinya dan terus merapat kebadannya.. “Ya… Taemin-ah…”

Aku tak peduli dengan alis Taemin yang semakin mengkerut.
Aku terus mendekati wajahku dan sekrang jarak wajah kami berdua tak lebih dari 5 cm. “Taemin-ah…”

“Bukankah jarak kita terlalu dekat, Hana-ya?” tanyanya polos dengan wajah heran.

Gubrak. Disappointed. ”Yeah… Jarak kita terlalu dekat.. Ha-ha..”. Aku mentertawakan diriku sendiri. “Meoow…”, bahkan kucing putih milik Taemin ikut menertawakanku. Ck.

“Hey! What’s up?”, sekarang Taemin malah sibuk berbicara dan menggendong kucingnya yang sejak tadi mengeong-ngeong ria. Taemin bahkan tidak peduli denganku yang kelihatan kecewa.

Cih. Gain-ah! Jurusmu tidak bekerja sama sekali. Taemin, bocah ini adalah sebuah tantangan besar..!

Kucing Taemin mulai menjilati pipi Taemin dan Taemin tampak senang karenanya. Lihat! Bahkan aku kalah oleh seekor kucing! Ya! Hentikan itu! Huhuhuhu.

Hahh.. Aku adalah orang yang menyedihkaan…~

Aku mengambil tas dan berjalan menuju pintu dengan sempoyongan, “Aku pergi…”

“EH?”, ucap Taemin dengan terkejut dengan keadaanku yang menyedihkan (?). “Ada apa Hana-ya?”

Aku tak peduli dengan panggilan Taemin dan terus pergi keluar dari apartement Taemin dengan sempoyongan.

“YA! Hana-ya! Biar aku mengantar—….”

DUK DUK DUK BRAK BRAK.

Taemin tidak melanjutkan panggilannya setelah mendengar hentakan-hentakan kasar kakiku menuruni tangga. Sekarang Taemin hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. ‘Ada apa ya dengan Hana?’. Mungkin di kepala Taemin penuh dengan tanda tanya yang banyak.

“TAEMIN PABO-YA!!”, teriakku dari lantai bawah dengan kesal.

“HANAA?”

————————————————————————————————————————————–
Di sekolah, aku duduk meringkuk di sudut ruangan di klub dance dengan wajah cemberut penuh kesal. Taemin ikut berjongkok dan memperhatikan wajahku, “Ada apa Hana-ya? Perutmu sakit?”

Aku melengos sambil terus memasang wajah cemberut. Sungguh, mungkin saat itu wajahku sudah berlipat seratus saking kesalnya dengan bocah yang satu ini.

Taemin memegang pipinya lalu melebar-lebarkan pipinya supaya terlihat lucu. Huh. Kelakuan bodoh.

Lalu dia meremas-remas (?) pipinya sambil memonyong-monyongkan bibirnya. Huh. Pikiran dungu.

Sekarang dia menggeleng-gelengkan kepalanya lalu mencibir-cibirkan lidahnya. Tangannya dimain-mainkan sehingga sekarang dia persis seperti seorang badut.

“Puahaha…”, aku tak bisa menahan tawaku dari tadi karena kelakuan bodohnya. Taemin tersenyum lebar lalu mengelus rambutku. Hmm.. walalupun aku mencoba untuk membencinya, tapi tetap saja… aku tak bisa membencinya.

“Besok adalah 1 tahun kita jadian bukan?” tanyanya dengan senyum polos yang masing terpampang di wajah imutnya.

Aku tersenyum lebar lalu mengangguk-angguk. Hey, aku masih punya peluang untuk melakukan ‘itu’ dengannya. Hehehe.

Taemin tertawa, “Wah, senyummu manis sekali, Hana-ya!”. Aku tersipu saat itu.

Tiba-tiba teman-teman Taemin datang sambil membawa sebuah kertas.

“Hey, Taemin-ah! Kita mendapat berita bagus!”, ujar Minho dengan semangat sambil menunjukkan sebuah selebaran.

“EH?! Akan ada festival dance tingkat SMA se-Korea? Waw…”, sahut Taemin sangat antusias setelah membaca isi selebaran itu. Aku mendengarkannya dari bawah dengan penasaran.

“Ya, jadi kita harus latihan setiap waktu sebelum lomba itu. Nah, ayo sekarang kita latihan!”, ajak Jonghyun semangat.

Taemin terlihat ragu. Dia melirikku, “Tapi.. Lombanya adalah lusa… sedangkan…—“

Aku memotong perkataannya dengan senyum terpaksa, “Kau boleh ikut, Taemin-ah. Aku tidak apa-apa..”

Taemin tersenyum.

“Tapi…”

Wajah Taemin sedikit berubah mendengar kata ‘tapi’-ku.

“Tapi.. Jangan lupa besok jam 4 sore kau harus datang ke taman biasa. Jangan sampai telat!”, ucapku dengan senyum yang masih terpaksa.

Taemin memelukku dengan senyum sangat lebar, “Aaa! Aku janji! Aduh, aku pikir kau akan bilang tidak boleh. Gomawo, chagiya~” I’m super happy~”

Lagi-lagi aku hanya tersenyum. Ya aku tidak mungkin sekejam itu kepadamu, taemin-ah.

————————————————————————————————————————————–
-Author’s POV-

Sabtu sore, pukul 03.45 PM di taman biasa. Hana tengah duduk tenang di bangku panjang taman dengan tenang dan terus melihat ke sekeliling taman. Hari ini adalah 1 tahun jadiannya dengan Taemin.

Dia memperhatikan jam tangannya, “Ah, mungkin aku datang terlalu cepat”. Masih dengan senyum yang mengembang di bibirnya, Hana lalu memikirkan hal-hal yang akan mereka lakukan nanti. Mereka bisa bermain hingga malam hari, kemudian nonton bioskop, lalu bermain ke taman bermain, lalu melakukan ‘itu’. Hihihihi…
Hana masih tersenyum-senyum sendiri memikirkannya.

Hana melirik jam taman, Pukul 04.10 PM. Orang-orang di taman semakin banyak, apalagi orang-orang yang berpasangan.

Pukul 05.30 PM. Langit sudah semakin kuning menandakan siang sudah beranjak senja, tapi Taemin belum juga datang. Hana semakin gelisah.

Dia mencoba duduk tenang sambil mengulum lollipop yang dibawanya tadi. Tapi Lollipop tidak membantu sama sekali, itu malah membuatnya semakin khawatir.

Hana bangkit dari duduknya dan mulai berjalan bolak-balik dengan arah yang sama. Tetap saja itu tidak bisa menghilangkan rasa gelisahnya.

Pukul 07.00 PM. Langit sudah benar-benar gelap. Suara jangkrik-jangrik malam sudah mulai bersahut-sahutan. Angin malam bertiup semakin kencang. Hana beranggapan tahun ini adalah musim gugur yang paling dingin yang pernah ada di Korea, bahkan syal dan jaketnya pun tak membantu banyak untuk menutupi kedingin malam ini.

Hana mencoba cara lain. Dia mulai menekan nomor-nomor yang sudah hapal di luar kepalanya, nomor Taemin. Hampir saja Hana membuang hapenya jauh-jauh karena hanya mendengar “Nomor yang anda tuju sedang dalam keadaan tidak aktif atau berada di luar jangkauan.. Silahkan—“ dari seberang telepon.

“Hey cewek…”

Seorang om-om paruh baya memakai jas dan tampak mabuk duduk di samping Hana. Hana hanya memandang ahjussi itu dengan wajah datar.

“Hey… siapa yang kau tunggu?” tanya ahjussi itu dengan wajah mesem-mesem (?). Hana seperti tak peduli, dia hanya melamun dengan wajah datar.

“Ah..! Aku tau, kau diputuskan pacarmu, bukan?” ahjussi itu semakin sok tau.

‘Ah.. Hari ini adalah anniversarry kami…’ batin Hana kalut tanpa mempedulikan om-om gila di sampingnya.

“Hey~ Aku punya uang banyak sekarang, bagaimana kalau kita bersenang-senang?” lagi-lagi Ahjussi mesum itu merayu Hana. Seperti ada yang tersumbat di telinga Hana dia bangkit dari bangku dan melihat ke sekeliling taman.

‘Hhh, kenapa dia tidak datang?’, batin Hana gelisah.

“Hei cewek!”, ahjussi itu sekarang tidak hanya merayu, sekrang dia berani memegang pinggang Hana. Hana terkejut dan menatap ngeri ahjussi yang sekarang wajahnya berubah semakin mesum. Hana menyesali kenapa dia hanya melamun dan malah tidak memilih untuk berlari menyelamatkan diri. Sekarang dia terperangkap oleh ahjussi gila yang bisa saja memakannya kapan saja.

Hana berusaha melepaskan pegangan Ahjussi itu, tapi sepertinya tidak mudah. Keringat dingin mulai keluar dari pelipisnya. Terpaksa dia harus berteriak.

“AAA! TIDAK! LEPASKAN AKU! DASAR PRIA TUA!!”

BUAGH!

Darah kental bercucuran dari hidung si Ahjussi gila. Hana menoleh ke belakang. Taemin yang telah memukul ahjussi gila itu.

Setelah memberi serangan kepada ahjussi gila itu, Taemin langsung menghampiri Hana yang memandangnya dengan wajah datar.

“Hana…”

“Hana, gwenchana? Gwenchanayo?”, tanya Taemin cemas sambil memegang pundak Hana. Hana tidak memandangnya sama sekali, dia menundukkan wajahnya.

“Jeongmal Mianhaeyo, Hana-ah! Mianhaeyo.. Aku tadi sangat sibuk untuk penampilan dance besok. Maaf…”, Taemin meminta maaf sambil mengatupkan kedua tangannya di depan wajahnya.

‘Bahkan jika kau datang sekarang…. Kau tau… Kau sudah sangat terlambat…’, umpat Hana dari dalam hatinya. Dia masih menundukkan wajahnya.

“Ah! Tapi kami latihan dengan sangat baik! Guru yang melatih pun juga sangat menyenangkan!”, ucap Taemin riang untuk mencairkan suasan dingin antara mereka. Dia melanjutkan ucapannya, “Pokoknya besok Hana harus datang melihat kami lomba yaa..—“

“Gwenchana…”, tiba-tiba Hana memotong perkataan Taemin.

Hana tersenyum terpaksa, “Untukku hari ini adalah hari istimewa. Tapi untuk Taemin, hari ini tidak ada spesialnya.”

Taemin terdiam.

‘Hh.. Aku sangat kecewa bahwa aku tidak bisa marah di depannya. Kenapa aku malah tersenyum di depannya..’ batin Hana kesal.

‘Pasangan apa-apaan ini…’

Hana berbalik badan dan mulai berlari menjauhi Taemin. Dia tak peduli Taemin yang memanggil-manggilnya dari tadi.

“HANA!”, Taemin akhirnya bisa memegang pergelangan tangan Hana. Namun Hana dengan kasar melepaskan pengangannya.

“Lepaskan!”, Hana menarik tangannya dan saat itu gelang buatan tangannya yang pernah dia buat untuknya dan juga Taemin terlepas. Manik-maniknya lepas dan gelang itu jadi benar-benar rusak.

Taemin terdiam. Dia melepaskan tangan Hana. Hana akhirnya tanpa pamit langsung pergi meninggalkan Taemin yang benar-benar merasa bersalah.

Taemin berjongkok. Dia memperhatikan gelang di tangannya. “Ya, Hana-ya. Lihat, aku juga membuat gelang yang sama seperti yang kau buat!”

Pikiran taemin melayang saat Hana menembaknya dan memberikannya gelang sederhana.

“Lihat! Ini simbol hubungan kita berdua..”, Taemin berbicara sendiri sambil terus memperhatikan gelangnya.

Taemin menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, berusaha untuk menutupi perasaan bersalah yang menggerogoti kepalanya.

“Ah!! Aku memang pacar paling buruk di dunia!”

======================================================================

Tuk tuk tuk. Jam goyang (?) di kamar Hana menunjukkan pukul 11.20 PM. Hana tampak tengah menutupi wajahnya dan duduk meringkuk di tepi tempat tidur.

‘Drrt.. Drrt…”

Getaran HP yang terletak di meja di samping tempat tidur yang tak jauh dari Hana duduk membuatnya terkejut. Dia meraih HP itu dan terpampang “Yeobo Taemin” pada layarnya.
Hana menghela nafas berat dan mulai mengangkatnya.

“Hana?”, panggil dari seberang telepon.

Hana tak menjawab.

“Hana, aku di depan rumahmu sekarang. Aku..—“

“Aku sedang tidak ingin melihatmu.”

“Ya, aku mengerti. Tapi tolong dengarkan penjelasanku tanpa mematikan HP-nya..”

Hening.

“Ah.. Aku hanya orang yang tidak peka dan seorang dancer yang brengsek yang bahkan tidak menyadari perasaan yeojachingunya sendiri…
Ketika aku menyakitimu, hal pertama yang aku sadari bahwa aku kehilangan sesuatu yang sangat penting…”

‘Tarmin-ah…’

“Hana.. mungkin kau tak ingin, tapi aku sangat berharap kau datang ke lomba dance-ku besok… Ah, terima kasih sudah mendengarkanku.. Annyeong..”

BRUM…

Hana mengintip dari balkonnya. Taemin baru saja pergi dengan motornya. ‘Ah, kenapa taemin? Kenapa air mataku jatuh hanya karena mendengarmu suaramu?’

——————————————————————————————————————

-Lee Hana’s POV-

Tadi malalam aku mencoba berpikir untuk putus dari Taemin. Tapi aku tidak ingin hubungan ini berakhir! Aku masih… menyukai Taemin. Aku masih ingin melihat dia bersinar saat menari.

Sekarang, aku sedang berada di tempat di mana festival dance di selenggarakan. Banyak sekali orang di sini. Aku bahkan tidak dapat menemukan di mana Taemin.
————————————————————————————–
Taemin duduk berjongkok di sudut ruangan dengan muka kusut. Teman-temannya hanya menghela nafas berat daritadi.

“Ya, Taemin-ah! Kau tidak begitu bersemangat hari ini.”, ujar Key sambil bersandar di dinding.

“What’s wong? Kau sakit?”, tanya Onew sambil ikut berjongkok di samping Taemin. Tapi taemin tetap saja membungkam tak mau bicara.

Teman-temannya saling pandang dan kemudian saling menghembuskan nafas pasrah.
————————————————————————————-
“The Next Group is… SHINee!”, suara MC dari pengeras suara mengagetkanku. SHINee! Itu adalah group dimana Taemin adalah anggotanya.

Aku berlari mendekati panggung dan mendapati mereka sedang dance dengan gerakan amazing seperti biasa. Namun ada yang aneh dengan Taemin. Aa! Dia tidak seperti biasa! Senyumnnya tidak ada sama sekali! Taemin! Biarkan aku melihat senyum Taemin lagi!

“TAEMIN-AH!!”
Taemin tersentak. Dia seperti mengenali suara ini.

“TAEMIN-AH! Apa yang terjadi dengan semangatmu yang biasa, huh?!!”, aku berusaha teriak walaupun orang-orang di sekitarku memandangku aneh.

Taemin menghentikan tariannya.

“Taemin-ah! Aku di sini!”

Taemin berjalan ke arahku dan berjongkok di tepi panggung, hanya 1 meter dari tempat aku berdiri.
Dia memperbaiki topi dan memandang wajahku sayu.

“Hana-ya.. Aku akan mengumumkannya di sini..”

Aku menanti ucapan yang keluar dari mulutnya.

“Aku tidak ingin membuat kau menangis atau khawatir lagi.. Aku akan mati jika kau pergi meninggalkanku.. Karena… Kaulah satu-satunya orang yang memberiku semangat.”

“Hana-ya, I Need You..”

Pipiku memerah. Sungguh tidak bisa di deskripsikan betapa merahnya wajahku saat itu. Taemin membuka topinya lalu tersenyum lebar seperti biasa.

“Aku bersungguh-sungguh.”

Aku tersenyum bahagia. Tak tau, apa karena saking bahagianya air mataku juga ikut mengalir.

Taemin tersenyum dia meraih kepalaku supaya mendekat kepadanya, dan Chu <3…
The 99% Love with 1% missing… Now It’s complete!

Akhirnya yang kuimpikan tercapai. Haha, aku tak peduli dengan suit-suitan orang yang menonton kami, yang penting kisseu udah komplit toh? 😀

—————————————————————————————————

THE END~~~

HAI EPERI BODIIIHH~~

Hmm.. Udah lama banget ya gak post-post di sini gara2 sekolah…

Reader-readerku tersayang, apah kabar? u,u
Reader :*krik* *hening*

Oh iya selama sekolah ini aku gak bisa nyentuh-nyentuh Laptop terlalu sering lagi, soalnya PRnya BANYAK BET! -_- Bisa pingsan beneran deh gara2 tugas yang menumpuk itu -_-

Eh kok jadi curhat gini? Wakakak.

Sekarang aku juga lagi galau-galunya nih nunggu SHINee comeback.. Katanya tanggal 10 Oktober mereka bakal rilis Lucifer Japanese version… Tapi aku-nya pengen mereka comeback di Korea aja… Soalnya udah 1 tahun lebih mereka gak comeback2-_- Aduh malang bener nasib Shawol ya? -_-

Ya udah deh.. Segini dulu ya… Mau pergi sekolah nih 🙂

Byeee~ *tebar bulu ketek Jonghyun*