WHAT A SHOCKING DAY

Kemaren.. tanggal 10 Desember 2011. Hari yang mengejutkan dan tidak akan pernah aku lupakan. Aku melihat kecelakaan maut di depan mataku sendiri dan aku pun ikut terlibat dalam kecelakaan tersebut, Bagaimana jalan ceritanya?

———————————

Aku yang tengah menikmati tidur nyenyakku pagi itu tiba-tiba terganggu dengan bunyi SMS dari Dewi yg berisi, “Lan, dima kini (Lan, sekarang lagi dimana)?”. Saat itu aku baru ingat kalau pukul 7.30 aku harus les di tempat Buk Pida di teluk ambun.

Bergegas aku cuci muka, menggosok gigi dan menukar baju. Aku minta ke Mama untuk mengantarkanku ke tempat les (karena aku gak bisa ngendarain motor-_-).

Untunglah aku terlambat di tempat les. Di les kami belajar Fisika tentang Hukum Newton dan gaya gesekan. Sebenarnya pukul 10 kurang kami sudah pulang, tapi anak2 les ini minta soal lebih-__-, akhirnya dilayani jg ama abang Rahmat (guru les).

Les sudah berakhir dan kami menuju halaman buat ngambil motor. Lola dengan Angel, Finda dengan Pretty, dan Dewi memboncengi aku. Rencananya kami ingin memfotokopi catatan Pretty terlebih dahulu dan aku dengan Dewi duluan keluar dri halaman itu mnuju dan tiba-tiba ‘BOOOOM’. Kecelakaan maut terjadi. Motor dari arah berlawanan ternyata tengah melaju dengan sangat kencang, kira-kira 70/80 km/jam. Entah mengapa aku bisa bangkit dengan cepat walau kaki kiriku terasa sakit. Aku hanya bisa menutup mulut melihat motor Dewi yang hancur, helmnya yang rusak dan terlebih keadaan Dewi yang tidak bisa aku ungkapkan. Dia kejang-kejang dengan mata terbalik, kaki bengkok dan berdarah. Sungguh, ingin rasanya aku menangis saat itu.

Aku yang memeluknya sepanjang perjalanan ke rumah sakit, perih juga rasanya mendengar dia meringis kesakitan seperti itu.

Di rumah sakit, aku tak sanggup masuk ke ruang UGD, jadi aku menunggu di luar bersama teman2 lesku. Aku mencoba masuk ke ruang UGD melihat keadaannya. Kakinya digips dan dia terus menerus berteriak menceracau. Aku tak tahu kenapa tiba-tiba saat itu perutku mual. Aku letakkan tasku di sudut ruangan dan mulai berjalan ke arah Ibunya Finda (yang juga dokter di RS itu). Dia memberikan obat merah pada luka2 lecetku. Tidak tau kenapa, kepalaku menjadi terasa berat dan badanku jadi tak seimbang lagi. Aku masih sadar ketika aku mengatakan, “Lan pusing”. Lalu semuanya menghitam. Dan ketika aku sadar, aku telah berada di sebuah kasur dengan keringat dingin dan nafas yg masih sesak.

Tek Mimi yang kebetulan sedang melihat ibunya yang sakit buru2 menelfon Mamaku dan mengatakan kalau aku sedang di rumah sakit.

Mama datang beberapa menit setelah itu. Dia terlihat sangat amat khawatir dan tidak percaya aku baik-baik saja. Aku tetap bersikukuh aku baik-baik saja dan bilang Dewi bahkan lebih parah daripadaku. Tapi Mama tetap saja panik. Setelah aku jelaskan lagi akhirnya barulah Mama mulai tenang.

Aku pulang beberapa menit kemudian, dan mengatakan pada teman-temanku untuk memberikan izin kepadaku untuk tidak sekolah nanti siang.

Di rumah, aku merenung. Kenapa Allah masih begitu baik kepadaku untuk tidak memberikan bencana dan kesakitan yang sama seperti yang Dewi rasakan setelah aku punya banyaaaaaak dosaa kepada Allah? Aku tidak tau.. Mungkin Allah masih sayang kepadaku. Mungkin Allah masih memberikan kesempatan kepadaku.

 

Allah, aku bersyukur kepadamu. Terimakasih :””)

Leave a comment